Senin, 12 Desember 2016

Karna Peduli, Bukan Soal Basa-Basi


Dua tipe manusia yang tak akan terlupa sepanjang masa;
Orang yang menolong kita di saat susah
dan
Orang yang meninggalkan kita di saat kita sedang jatuh-jatuhnya
...



Life, is all about exam and sacrifice..

Kawan, setiap dari kita pasti pernah menemui sebuah ujian. Tak hanya sekali-dua kali. Namun, seperti telah menjadi sebuah keniscayaan, ujian akan selalu hadir membersamai hari-hari manusia. Cause this world is the place to fight, right?

Hidup ini adalah ranah ujian yang Allah sediakan untuk kita. Tempat di mana pertarungan akan selalu ada. Sebuah sunnatullah yang tak mampu kita hindari.

Kau tahu?
Ujian tidak hanya mengajarkan ketahanan kepada kita. Namun ia mengajarkan tentang sebuah pengorbanan dan empati yang terbentuk antara satu dengan yang lainnya. Akan terlihat; mereka yang benar-benar ada di saat kita sedang jatuh-jatuhnya. Akan nampak ketulusan dan pengorbanan mereka di saat kita sedang terpuruk-terpuruknya. Akan tersisa dari sekian banyak manusia yang akan tetap ada ketika kita sedang sakit-sakitnya. Akan nampak, siapa sebenarnya yang benar-benar peduli, atau hanya ada di saat bahagia.

Mereka yang tulus, mereka yang tanpa pamrih, mereka yang peduli, dan mereka yang hanya ada sebagai formalitas belaka.

Kau akan mampu melihat mana yang sejatinya benar-benar menjadi 'teman' bagimu, adalah saat dimana kau sedang berada di titik terendah kehidupanmu. Akan ada yang dulunya begitu ramai, menyertai dalam tawa, hadir dalam suka, pun membersamai dalam bahagia, melipir satu-satu. Tak kau temui wujud pun bayang mereka di sekitarmu, bahkan di saat kau benar-benar butuh akan mereka, melebihi saat dimana kau bahagia.

N.I.H.I.L. 

Mereka seolah lenyap begitu saja. Tak ada wujud pun rupa. Seperti tak pernah ada sejarah pertemuan kalian sebelumya. Bahkan ia yang sepertinya menjadi karib dalam bahagia, seperti asing dalam duka. Kedekatan yang seperti tak tampak adanya.

Namun. adapula beberapa dari mereka yang berbasa-basi; bertanya perihal keaadaanmu, hanya sebagai syarat penggugur. Absen, bahwa setidaknya mereka masih mengenalmu. Setidaknya mereka masih menganggapmu ada. Bukan berprasangka buruk, namun hati akan mampu membedakan keduanya. Tak akan dapat kalian pungkiri, bahwa sejatinya kedua hal itu benar-benar berbeda. Antara ketulusan, dan sebuah penggugur kewajiban belaka.

Di sisi lain, akan kau dapati mereka yang rela mengorbankan waktunya hanya untuk tetap ada di sisimu. Mereka yang mengedepankan kepentinganmu di atas kepetingan-kepentingan pribadinya. Meski tak sempurna, ia mengusahakan semaksimal mungkin kemampuan yang ada. Tulus, tanpa pamrih, pun tanpa ada keluh kesah.



Uluran tangannya terjulur, siap menarik kita dari keterjatuhan yang dalam. Ia terbuka lebar, siap menampung kemungkinan tangis yang luruh atas keterpurukan yang menimpa. Jari-jarinya siaga, menghapus bulir yang menderas dari kelopak mata.

Karena peduli, bukan soal basa-basi. Ia terlahir alami. Dan mampu dirasa oleh nurani. Bukan keterpaksaan, ataupun sebuah kewajiban yang mendorong mereka untuk bergerak. Namun ketulusan serta bersihnya hati yang akan menggerakkan jasmani.

Karena peduli, bukan soal basa-basi. Ia lekat dengan nurani, dan terpatri dalam sanubari ...


__
#satu pelajaran dari sebuah keterjatuhan_
Share:

2 komentar: